Sabtu, 27 September 2014

Edisi flash back THI

Rumah tempatku bekerja sembilan tahun yang lalu
Sembilan tahun yang lalu dirumah mewah ini aku melewatkan masa kanak-kanakku, aku masih sangat ingat di pintu pojok kiri lantai dua rumah ini aku pernah menyelipkan dua gigi gerahamku yang copot. Saat itu usiaku sebelas tahun. Aku menjadi seorang pembantu rumah tangga dirumah ini, pekerjaanku sehari-hari adalah membersihkan rumah, mencuci baju, menyiram tanaman, memberi dan merawat ternak ayam Kate dan Serama juga menjaga seorang bayi usia empat bulan bernama Aliang. Hari-hariku adalah kerja dan kerja.

Sore kemarin aku melintas di komplek perumahan ini, Taman Harapan Indah Blok M no 8. Bentuk rumahnya masih seperti dulu, bersih terawat. Aku menyempatkan waktu untuk memotret rumah ini, sebagai kenang-kenangan bahwa aku pernah menjadi penghuni didalamnya. Selesai memotret kupandangi dalam-dalam rumah ini, kubayangkan wajah nyonya dan tuan besar sembilan tahun silam sedang duduk di teras depan mengamatiku membersihkan kandang ayamnya, kubayangkan wajah non Aling yang ramah meminta bantuan menggendong Aliang, Kubayangkan wajah non lili saat menyuruhku membersihkan gudang, kubayangkan wajah non Afong yang manja memintaku memasang pembalut di celana dalamnya, terakhir kubayangkan teman seperjuanganku Iyem dengan rambutnya yang kriting dan mengembang menjuntai sampai lantai. Pikiranku melayang menjelajahi kenangan-kenangan masa silam, kenangan manis dan pahit dirumah ini.


Arrghh...rumah ini penuh kenangan, senang sekali bisa melihat rumah ini lagi...Sekarang aku bukan lagi buruh, tetapi seorang Mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Segala mimpi-mimpiku sempat terhenti dirumah ini, tapi kini aku kembali memeluk mimpi-mimpiku...

SkenarioMu Indah

SkenarioMu Indah

“Kegagalan adalah ibu dari segala kemujuran” begitu kalimat yang pernah kubaca pada halaman belakang sampul sebuah LKS usang di sudut rak bukuku. Hari ini tiba-tiba aku ingat kalimat itu. Yah aku telah mencabut status kemahasiswaanku yang baru berjalan satu bulan di sebuah Universitas elit di pinggiran Ibukota. Orang bilang sebuah langkah nekad,berani dan beresiko besar terhadap masa depanku. Tapi aku tak memaknainya demikian. Gagal itu biasa, bangkit dari kegagalan itu baru luar biasa. Sesal pasti ada, namun aku merasa tidak akan berkembang bila terus disana.

Segala mimpi-mimpi menjadi seorang filmmaker masih ada. Aku dan kegagalanku sebagai mahasiswa universitas elit cukuplah menjadi pelajaran hidup tentang arti sebuah pilihan. Sekarang aku berhak memilih jalan hidup mana yang akan kutempuh meski bayangan wajah-wajah penuh kekecewaan menghantui setiap detik nafasku, wajah-wajah orang yang kusayangi, wajah-wajah  yang telah kupupuskan harapannya. Teruntuk Mas angkatku, aku sangat menyayangimu. Aku menyesal telah mengecewakanmu.

Hari ini aku menemukan jalanku, aku dipertemukan dengan orang-orang hebat, aku siap memeluk kembali mimpi-mimpiku. Ruang ini memang sempit, tapi takan pernah bisa menyempitkan langkahku. Terimakasih Allah, skenarioMu sungguh indah....Kau tempatkanku di Kampus mini yang nyaman ini.


Bulan Penghabisan

Juli... Bulan penghabisan Waktunya keluar dari zona nyaman Kembali mengembara Mengejar cita Mengolah pikir Memelihara sadar Memanusiakan di...