Kamis, 03 Desember 2015

Si Kumbang



"Mis, hape gue disembunyiin  sama anak-anak pas praktek editing, gue bingung kenapa mereka selalu jahil ke gue, apa salah gue ke mereka?"

Diatas adalah  penggalan  kalimat aduan yang dilontarkan sahabatku, sebut saja namanya kumbang (karena kalau mawar biasanya dipake untuk menyembunyikan identitas  korban kekerasan cewek dibawah umur hehee Si Kumbang emang dibawah umur? ssttt...hahaha) ahoy lagi-lagi dia mengadu!

Oke di hari disabilitas internasional ini aku mau cerita tentang Si Kumbang , sahabatku  yang suka dijahili oleh teman satu kelasnya , Si Kumbang dikenal sebagai pribadi yang lambat dalam menangkap mata kuliah di kampus , selain itu dia juga kurang bisa diterima di komunitasnya karena bicaranya yang terkenal ceplas-ceplos, sifatnya juga  kekanak-kanakan meski usianya lebih kurang 19 tahun, dia memang diciptakan "istimewa" oleh Tuhan. Sayangnya teman-teman tidak peka, kalau si Kumbang butuh perhatian khusus. Terkadang aku sedih melihat tingkah laku teman-temanya yang suka menjadikan dia bahan olok-olok, canda cela bahkan aksi yang bisa dibillang bully.

Si Kumbang tidak mempunyai teman akrab selain aku, entahlah apa karena sifatnya dianggap aneh sehingga teman-teman tidak mau berteman dengannya? Si Kumbang kerap dijadikan objek keisengan para paparazi teman satu kelasnya, sering kali di grup Black Berry Mesengger kelas terpampang foto-fotonya dalam berbagai pose, ada yang tidur pulas minim busana, ada yang tidur mulutnya di lakban, saat dirinya buang air besar di kamar mandi, bahkan pada posisi ini juga  sempat pelaku merekam dan mengunggahnya ke youtube. Tak pelak gambar-gambar ini menjadi bahan tawa  yang tidak ada habisnya, mungkin bagi teman-temannya itu lucu, mereka tak berfikir bagaimana menjadi Si Kumbang.

Sebagai seorang teman, hilang kesabaranku terhadap pelaku keisengan yang menurutku sudah keterlaluan itu. Aku lelah mendengar aduan Si Kumbang setiap saat, maka tanpa menunggu lama ku gebrak meja kelas, aku tidak peduli rusak atau tidak, kali ini aku benar-benar marah, aku kecewa! aku menyumpah serapahi si pelaku dan mengajaknya untuk berfikir, tidaklah pantas seorang mahasiswa bersikap seperti anak TK! jika demikian apakah label agen perubahan bangsa pantas melekat padanya? Tidak! sungguh tidak terima aku!

Sebagai teman sudah selayaknya kita memahami kekurangan dan kelebihan teman kita, perlakukan teman kita yang istimewa itu sebagai manusia seperti yang lainnya. Coba teman-teman yang suka menjahili Kumbang berfikir jika itu terjadi dengan kita, dengan adik kita, kakak kita, saudara kita bahkan anak kita kelak, pasti berfikir dua kali untuk menyakitinya.

Setiap orang berhak untuk bersenda gurau tetapi  cobalah untuk melihat-lihat siapa yang kita ajak bersenda gurau tersebut, apakah orang itu bisa menerima candaan kita yang mungkin menurut kita biasa? Tidak semua orang menangkap candaan kita sebagai canda semata, apalagi candaan itu menyakiti perasaannya.

Aksi gebrak menggebrak meja, sumpah serapah kata berakhir oleh kedatangan dosen dari arah utara!Akupun diam sambil menyeka air mata #sokjagoantapimewekjuga

Bersambung.....



Minggu, 30 Agustus 2015

Mengintip Sukses Alumnus Broadcast


KAMPUS adalah ruang pembelajaran, kita tidak hanya mendapat ilmu akademis tetapi juga ilmu tentang kehidupan. Di ruang pembelajaran ini pula seseorang akan menemukan arah kehidupannya. Bangku kuliah merupakan kawah candradimuka untuk membentuk diri menjadi apa yang diinginkan di masa mendatang. Berbicara soal pilihan ruang belajar mari belajar bersama dua orang alumnus Akademi Televisi Indonesia/ ATVI yang telah menemukan pilihannya. Mereka meniti jalan suksesnya selepas belajar di jurusan Broadcast,andalan kampus kita tercinta.

Dwi Arini




Broadcaster Handal

Wanita kelahiran Jakarta 5 Juli 1988 ini adalah alumnus ATVI angkatan ke 4, Dwi Arini adalah potret dari salah satu alumnus terbaik yang sukses di dunia broadcast televisi. Bekerja sesuai jurusan yang dipelajari di bangku kuliah tentu sangat menyenangkan. Ilmu yang diperoleh bisa  diterapkan saat duduk di ruang kerja. Sebelumnya wanita yang hobi traveling ini bercita-cita menjadi seorang reporter. Ketertarikannya pada dunia jurnalistik membuat dia harus menolak masuk ke kampus negeri lewat jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sesuai keinginan orangtuanya. Meski demikian, dia menjatuhkan pilihannya pada kampus ATVI sebagai tempat menimba ilmu. Di bangku kuliah Dwi, karibnya dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dan pandai. Hal ini pula yang membuatnya lulus dengan predikat cumlaude.


Gayung bersambut, PT Indosiar Visual Mandiri membuka lowongan pekerjaan bagi alumnus ATVI. Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Dwi  bersama teman-teman satu angkatan dan kakak angkatan yang berjumalah 80 orang mendaftar di Indosiar. Saat itu Indosiar membutuhkan 14 tenaga dibagian Production Assistant, Creative, Research and Development serta Talent. Setelah melalui proses pemilihan yang cukup ketat Dwi lolos beserta 13 orang temannya, Dwi mendapat jabatan sebagai Production Assistant. Mimpinya menjadi seorang reporter tak kesampaian tetapi hal ini tidak membuatnya kecewa, Dwi sangat menikmati pekerjaannya. "Bekerja di dunia broadcast adalah pengalaman yang sangat menyenangkan, kita bisa bekerjasama dengan tim, menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang adalah kebanggaan tersendiri" ungkapnya.


Semangat berkarya membawa Dwi Arini pada kesuksesan karirnya. Pada usia yang relatif masih muda dia dipercaya memegang jabatan sebagai Program Director di Indosiar terhitung mulai bulan Mei 2014.Dwi berharap  esok akan ada alumnus ATVI yang bisa mengikuti jejaknya berkarir di dunia broadcast seperti dirinya terpenting jangan budayakan malas.  "Buat mahasiswa ATVI jangan malas berkarya, jangan malas bertanya pada dosen, senior dan jangan malas mencoba sesuatu yang baru, untuk memperoleh sesuatu diperlukan sebuah kerja keras," pesannya.

 


Bramandika

Sukses berwirausaha di usia muda

Mempunyai nama lengkap Bramandika Syafran Sahabudin adalah alumnus Akademi Televisi Indonesia angkatan ketiga yang sukses menjadi wirausahawan muda. Berijazah broadcast televisi tidak mengharuskannya bekerja di stasiun televisi. Meski dia sangat ingin menggapai cita-citanya semasa memilih kuliah di Akademi Televisi Indonesia yang saat itu masih bernama Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi.
Minat yang besar bekerja dibelakang panggung membuatnya memilih kampus ATVI sebagai pilihan tempat menimba ilmu dan menempa diri sebagai seorang broadcaster handal.Seperti mahasiswa pada umumnya, Bramandika harus belajar dengan rajin di kampus, tentu dengan harapan mendapatkan nilai akademis yang bagus  sehingga bisa membawanya bekerja sebagai seorang broadcaster handal  seperti cita-citanya.


Lulus pada tahun 2008 Bramandika mulai mengejar mimpinya dengan  mencoba melamar pekerjaan diberbagai stasiun televisi nasional. Namun nasib baik belum berpihak kepadanya, tak satupun stasiun televisi memanggilnya. Dia hanya sampai pada tahap interview. Padahal dirinya sangat menginginkan bekerja di stasiun televisi, Keinginan yang kuat bekerja sebagai seorang broadcaster membuatnya harus kembali meletakan berkas lamaran pekerjaan di TV lokal dan kali ini sama sekali tidak ada panggilan interview. Tak sampai disini saja perjuangan Bramandika untuk menggapai impiannya, dia kembali melamar pekerjaan sebagai seorang Broadcaster di televisi maskapai penerbangan yang ada di Jakarta. Akan tetapi, lagi-lagi impiannya urung dipeluk.


Namanya bukan Bramandika kalau patah arang, dia terus berusaha mencari pekerjaan. Atas usul sahabatnya  Bramandika melamar kerja di salah satu perusahaan maskapai penerbangan sebagai tenaga lepas dan kali ini  dia diterima bekerja diperusahaan tersebut. Bramandika bekerja dengan semangat dan ulet dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang baik itu.
Meski tidak sesuai dengan disiplin ilmunya, dia tetap bertanggungjawab dan mencintai pekerjaan. Sebab, dia sadar betul bahwa mencari pekerjaan di era ini tidak mudah dan sangat ketat persaingannya. Bekerja di maskapai penerbangan membuat Bramandika kaya akan ilmu, pengalaman dan relasi dia menjadikan setiap orang yang ditemui sebagai guru.

Sebagai sosok yang cerdik pria kelahiran Jakarta 20 November 1986 itu melihat ada celah peluang usaha yang masih berkaitan dengan dunia penerbangan. Bramandika berpikir selama ada penerbangan orang-orang pasti butuh jasa angkutan baik untuk sampai ke bandara maupun pulang kerumah masing-masing, maka itu dia membuka perusahaan jasa tour and travel yang bernama "Everybody Happy" bersama sahabatnya Norman sesama alumnus ATVI.

Setahun berjalan dia mengganti nama perusahaannya menjadi "Goldy Tour and Travel". Perusahaannya ini bergerak di bidang jasa travel haji dan umroh. Saat ini usaha yang dipimpinnya telah membuka gerai diberbagai kota seperti Surabaya, Semarang, Jogja, Solo, Pontianak, Palangkaraya, Makasar, Bengkulu, Lubuk Linggau, Medan, Tangerang, Garut dan Jakarta. Lambat laun, "Goldy Tour and Travel" berkembang menjadi sebuah perusahaan besar bernama PT Goldy Mulia Wisata.


Kuliah di Broadcast tetapi berwirausaha di bidang yang jasa tour and travel sesuatu yang benar-benar mengharuskan Bramandika belajar keras,  dia mengaku belajar dari nol terkait keterampilannya itu. "Saya belajar televisi tapi malah  berwirausaha jasa tour and travel, ya mungkin kedengarannya aneh dan tidak nyambung dengan apa yang saya pelajari semasa kuliah" tuturnya

"Tetapi bukan sama sekali kuliahnya gak bermanfaat, membuka jasa tour and travel membuat saya harus bertemu dengan banyak orang dan saya dituntut harus bisa berbicara dimuka umum, berbicara dengan konsumen, menilai dan menghargai orang, saya mendapatkan mata kuliah komunikasi di bangku kuliah dan artinya ilmu komunikasinya saya terpakai" katanya pula menambahkan. Sekecil apapun ilmu yang kita peroleh di bangku kuliah sangat bermanfaat.  "Saya bisa dibilang berhasil berwirausaha salah satunya karena keterampilan berkomunikasi. katanya.

Selasa, 31 Maret 2015

Nagasui Pak Mahdi


Satu cup kopi instan panas yang kubeli dari warung Pak Kumis menemani soreku, aroma kopi instan yang khas  ditambah asapnya yang mengepul  pasrah dari dalam cup plastik membuat tenggorokan ingin segera meneguknya dengan harap membuat hangat tubuh ini. Seharian berada diruangan berAC membuat tubuh mengigil, sebagai seorang udik asli aku masih belum bisa bersahabat dengan angin yang keluar dari benda tersebut. Sudah sepekan ini usai perkuliahan aku menghabiskan sore bersama Wina teman sekelasku didepan studio 6, sebuah studio besar milik salah satu stasiun TV swasta itu arsitekturnya  cukup artistik dengat atap berwarna abu-abu menyerupai tenda, memiliki beberapa anak tangga pada pintu masuknya. Kami sengaja duduk di anak tangga sambil mengamati orang berlalu lalang. Ada beberapa karyawan TV bagian produksi berjalan sangat cepat dikejar deadline, ada para petugas kebersihan mengangkut tong sampah, ada para security yang berjalan lalu lalang memastikan keamanan sekitar studio, ada pula rombongan para pendukung sebuah acara ajang pencarian bakat menyanyi yang datang dari luar daerah lengkap dengan seragam dan atributnya.

Obrolanku tentang keluarga bersama  Wina menambah nikmat kopi sore, Wina menceritakan kesibukan kedua orangtuanya sehari-harinya, sementara aku menceritakan sosok almarhum Ayahku ayah terbaik sepanjang masa. Saat aku sedang asyik-asyiknya bercerita datanglah Pak Mahdi, beliau adalah seorang petugas kebersihan dengan status kontrak yang bekerja di Stasiun TV A, kami dikagetkan dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Beliau mengucapkan salam perpisahan dan ucapan maaf apabila ada salah kata selama aku mengenalnya, beliau menjabat erat tanganku dan berkata “Mbak Atun saya minta maaf apabila selama kenal mbak banyak salah, saya habis kontraknya dan tidak diperpanjang.” Aku sangat terharu mendengarnya. Kujawab “sama-sama Pak, Atun juga minta maaf sama pak Mahdi, Atun berterima kasih selama ini sudah diperhatikan dan banyak dibantu pak Mahdi”. “oiya saya titip uang ya ke Pak Ateng untuk bayar batu Nagasui tempo hari” jawabnya lagi. Sungguh aku sedih mendengarnya dalam keadaan sesulit ini beliau masih ingat hutangnya.

Pak Mahdi adalah seorang pegawai yang rajin, tepat pukul 06.00 pagi beliau sudah ada di tempat kerja, Pak Mahdi adalah sosok sederhana, ramah dan humoris sangat hormat terhadap orang-orang disekitarnya. Sebagai seorang buruh kontrak dan outsourcing  atau alih daya Pak Mahdi memiliki masa kerja kontrak yang terbatas dan sering berpindah-pindah sehingga masa kerja pun seringkali dimulai lagi dari nol. Hal ini membuat peluang karyawan untuk meningkatkan status dan karir sangat sulit.Secara umum, praktek hubungan kerja kontrak dan outsourcing cenderung eksploitatif karena dengan kewajiban pekerjaan yang sama, jam kerja yang sama, dan di tempat yang sama dengan buruh tetap, buruh kontrak dan outsourcing memperoleh hak yang berbeda dan sebagian buruh harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk mempertahankan pekerjaannya.

Kini tampaknya makin banyak perusahaan yang berbondong-bondong menggunakan pegawai dengan status alih daya. Dan jenis pekerjaan yang dialihdayakan biasanya berupa pekerjaan supporting semacam tenaga security, Office Boy ataupun tenaga kurir. Pertimbangannya tentu saja untuk menghemat cost atau biaya. Dengan menggunakan tenaga outsourcing, perusahaan tak lagi harus terbebani berbagai “employee benefit cost” yang kadang sangat mahal yang bisa sama besarnya dengan gaji dasar karyawan.  Misalnya, biaya kesehatan pegawai atau biaya pensiunan pegawai.Itulah mengapa pilihan untuk merekrut tenaga outsourcing merupakan salah satu pilihan yang menarik untuk melakukan efisiensi biaya tenaga kerja. Tentu saja, banyak pihak yang protes dengan situasi semacam ini. Sebagian bahkan kemudian mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang melarang atau sangat membatasi kegiatan outsourcing. Sebagai pengemban amanah mensejahterakan rakyat dalam hal ini pemerintah dan DPR sudah seharusnya melakukan perbaikan-perbaikan baik dalam segi ketentuan maupun implementasi terkait sistem kerja kontrak dan outsourcing, sudahi drama politik wahai sang pemangku kebijakan! Rakyat lelah, buruh diperah!

Semoga Pak Mahdi mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik, kuterima bayaran hutang dari pak Mahdi  untuk sebutir Nagasui, namun tanpa mengurangi segala hormat kutitipkan lembaran uang ini untuk istri Pak Mahdi, semoga terbeli garam dan terasi......

Bulan Penghabisan

Juli... Bulan penghabisan Waktunya keluar dari zona nyaman Kembali mengembara Mengejar cita Mengolah pikir Memelihara sadar Memanusiakan di...