Satu cup kopi instan panas
yang kubeli dari warung Pak Kumis menemani soreku, aroma kopi instan yang khas ditambah asapnya yang mengepul pasrah dari dalam cup plastik membuat
tenggorokan ingin segera meneguknya dengan harap membuat hangat tubuh ini. Seharian
berada diruangan berAC membuat tubuh mengigil, sebagai seorang udik asli aku
masih belum bisa bersahabat dengan angin yang keluar dari benda tersebut. Sudah
sepekan ini usai perkuliahan aku menghabiskan sore bersama Wina teman sekelasku
didepan studio 6, sebuah studio besar milik salah satu stasiun TV swasta itu
arsitekturnya cukup artistik dengat atap
berwarna abu-abu menyerupai tenda, memiliki beberapa anak tangga pada pintu
masuknya. Kami sengaja duduk di anak tangga sambil mengamati orang berlalu
lalang. Ada beberapa karyawan TV bagian produksi berjalan sangat cepat dikejar
deadline, ada para petugas kebersihan mengangkut tong sampah, ada para security
yang berjalan lalu lalang memastikan keamanan sekitar studio, ada pula
rombongan para pendukung sebuah acara ajang pencarian bakat menyanyi yang
datang dari luar daerah lengkap dengan seragam dan atributnya.
Obrolanku tentang keluarga
bersama Wina menambah nikmat kopi sore,
Wina menceritakan kesibukan kedua orangtuanya sehari-harinya, sementara aku
menceritakan sosok almarhum Ayahku ayah terbaik sepanjang masa. Saat aku sedang
asyik-asyiknya bercerita datanglah Pak Mahdi, beliau adalah seorang petugas
kebersihan dengan status kontrak yang bekerja di Stasiun TV A, kami dikagetkan
dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Beliau mengucapkan salam perpisahan dan
ucapan maaf apabila ada salah kata selama aku mengenalnya, beliau menjabat erat
tanganku dan berkata “Mbak Atun saya minta maaf apabila selama kenal mbak
banyak salah, saya habis kontraknya dan tidak diperpanjang.” Aku sangat terharu
mendengarnya. Kujawab “sama-sama Pak, Atun juga minta maaf sama pak Mahdi, Atun
berterima kasih selama ini sudah diperhatikan dan banyak dibantu pak Mahdi”.
“oiya saya titip uang ya ke Pak Ateng untuk bayar batu Nagasui tempo hari”
jawabnya lagi. Sungguh aku sedih mendengarnya dalam keadaan sesulit ini beliau
masih ingat hutangnya.
Pak Mahdi adalah seorang
pegawai yang rajin, tepat pukul 06.00 pagi beliau sudah ada di tempat kerja,
Pak Mahdi adalah sosok sederhana, ramah dan humoris sangat hormat terhadap
orang-orang disekitarnya. Sebagai seorang buruh kontrak dan outsourcing atau alih daya Pak Mahdi memiliki masa kerja
kontrak yang terbatas dan sering berpindah-pindah sehingga masa kerja pun
seringkali dimulai lagi dari nol. Hal ini membuat peluang karyawan untuk
meningkatkan status dan karir sangat sulit.Secara umum, praktek hubungan kerja
kontrak dan outsourcing cenderung eksploitatif karena dengan kewajiban
pekerjaan yang sama, jam kerja yang sama, dan di tempat yang sama dengan buruh
tetap, buruh kontrak dan outsourcing memperoleh hak yang berbeda dan sebagian
buruh harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk
mempertahankan pekerjaannya.
Kini tampaknya makin
banyak perusahaan yang berbondong-bondong menggunakan pegawai dengan status
alih daya. Dan jenis pekerjaan yang dialihdayakan biasanya berupa pekerjaan supporting
semacam tenaga security, Office Boy ataupun tenaga kurir. Pertimbangannya tentu
saja untuk menghemat cost atau biaya. Dengan menggunakan tenaga outsourcing,
perusahaan tak lagi harus terbebani berbagai “employee benefit cost” yang
kadang sangat mahal yang bisa sama besarnya dengan gaji dasar karyawan. Misalnya, biaya kesehatan pegawai atau biaya
pensiunan pegawai.Itulah mengapa pilihan untuk merekrut tenaga outsourcing
merupakan salah satu pilihan yang menarik untuk melakukan efisiensi biaya
tenaga kerja. Tentu saja, banyak pihak yang protes dengan situasi semacam ini.
Sebagian bahkan kemudian mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan
yang melarang atau sangat membatasi kegiatan outsourcing. Sebagai pengemban
amanah mensejahterakan rakyat dalam hal ini pemerintah dan DPR sudah seharusnya
melakukan perbaikan-perbaikan baik dalam segi ketentuan maupun implementasi terkait
sistem kerja kontrak dan outsourcing, sudahi drama politik wahai sang pemangku
kebijakan! Rakyat lelah, buruh diperah!
Semoga Pak Mahdi mendapat
pekerjaan yang jauh lebih baik, kuterima bayaran hutang dari pak Mahdi untuk sebutir Nagasui, namun tanpa mengurangi
segala hormat kutitipkan lembaran uang ini untuk istri Pak Mahdi, semoga terbeli
garam dan terasi......