Jumat, 31 Januari 2014

pos kamling yang kosong



Malam itu Taufik yang baru pulang merantau dari Kalimantan merasa rindu dengan malam di desanya desa Sukarmaju RT 8, maka keluarlah ia dari rumah. Langkahnya tertuju pada sebuah pos kamling di perempatan jalan dekat rumahnya. 

Tak seperti biasanya pos kamling sepi, tak ada satupun orang di pos,  dengan langkah pelan ia sambangi panggok pohon pinang itu, suara langkah sandal jepitnya bergesekan dengan heningnya malam. 
          Sesampainya di depan pos kamling Taufik duduk bersandar melihat sekelilingnya, yang ada hanyalah seperangkat papan catur, tumpukan kartu bridge dan gaple penuh debu tampaknya sudah lama sekali pos kamling ini tak berpenghuni. Di sekelilingnya ada asbak penuh dengan puntung rokok yang telah menghitam. Masih tergantung kenthong bergeong geong tertiup angin, keadaan menjadi semakin hening tiba-tiba pandangannya kabur....
Kang Dimin Rika resmi dadi RT rika bagiane ngocok wis hahaaa...sorak sorai pemuda bernama Tusno dan kawan-kawan menggelegar, Kang Dimin ngocok kartu gaplenya. Sementara itu Taufik dan Ali bermain catur, hampir setiap malam mereka menghabiskan malamnya di pos kamling untuk menjaga keamanan di RT-nya. Menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga negara yang baik, kesadaran itu terus tumbuh di hati para pemuda RT 8 desa sukarmaju. 
“Kang rika wis ngisi absen urung?” Tanya Taufik pada kang Dimin, 
“Urung pik” jawab pak Dimin. 
"Ya gagean ngisi absen dipit bar kuwe dewek keliling RT mbok sapa ngerti ana maling nylusup dewek kudu selalu waspada kang, nyatane kampunge dewek kiye rawan kemalingan” ajak Ali.
Kang Dimin, Ali, Taufik dan teman sesama penjaga pos yang lain mengisi absen. Setelah mengisi absen mereka keliling kampung untuk ronda, ontor minyak dinyalakan, kentong dibunyikan, mereka berkeliling kampung suara sahut-sahutan berbalas pantun jawa banyumasan adalah salah satu permainan yang mereka sukai dikala ronda malam. 
“Ana Arjuna karo kresna mangan salak karo sate baya ,arane gen wong tresna bocah blesak ya kaya Luna Maya hahahaa....," celoteh trio peronda itu.
Tiba-tiba dari arah seberang rumah Taufik munculah salah seorang berperawakan gemuk  bertopeng sarung tengah mengintip kandang ayam milik mbok Sruni yang terletak di belakang rumah, mereka waspada sambil tetap membunyikan kenthong pura-pura tidak mengetahui bahwa di depannya ada seseorang yang dicurigai maling ayam. 
Sang maling jalan terseok-seok pelan matanya kesana kemari waspada. Pandangannya tertuju pada kandang ayam milik mbok Sruni, sementara itu para peronda berbagi tugas kang Dimin dan Taufik membuntuti si maling kemudian Ali memimpin barisan para peronda untuk tetap membunyikan bunyi-bunyian dan berbalas pantun. 
"Maju mundur pada nylonong pada mangan woh delima hey sedulur aja nyolong kuwe pegawean dilarang agama. Ana kursi ngambang ning kali aja korupsi mending dadi kuli hahahahaa...," lagi-lagi celoteh mereka terdengar.
Si maling menanggalkan sandal jepitnya agar langkahnya tak terdengar oleh pemilik kandang ayam, sesaat sebelum membuka mulut kandang ayam ia keluarkan 3 siung bawang putih kemudian meremas-remasnya. Aroma bawang putih yang menyengat membuat ayam tak berbunyi saat hendak ditangkap, bius bawang putih ala maling ayam ini memang mujarab.
Seketika di cekiklah leher ayam kemudian mulut si ayam dibaluri remasan bawang putih, dan si ayampun pasrah pada si maling...si maling memasukan si ayam kedalam karung bulog satu persatu masuklah 3 4 ekor ayam kedalam karung. Tangan panjang Si maling asyik masyuk kedalam kandang ayam, 
Sementara itu Taufik menahan tawa dengan cara menutup hidung, ia berbisik pada kang Dimin. "Kang rika siap-siap nangkep malinge sing mburi nyong tek ngode batir-batir kon mrene hitungan telu rika nangkep trus ngomong maling sing seru” siap komandan kata kang Dimin....
"Siji.. Loro.. Maliiiiiiingggg,,,,,,malingggg,,,,maling...." bunyi kenthongan membahana, warga RT 8 keluar rumah. 
Mbok Sruni terbangun, tak kalah heboh ia berlari keluar rumah sambil cincing tapih.."Ayamku ndi ayamku ayamku..."
Sambil glungsaran di tanah, si ayam berlarian petok petok petok begitulah bunyinya..maling maling maling maling,,,
Taufik yang sedari tadi seorang diri di pos kamling terbangun dari lamunan masa lalunya,,,maling maling maling...ia mendengar suara orang teriak maling tapi ia masih juga belum sadar, maling maling maling!!!! Suara semakin membahana, terlihat orang gemuk bertopeng sarung tengah berlari membawa karung isi ayam ia beranjak dari pos kamling berlari mengejar si maling ternyata lamunanya di masa lalu kembali menjadi sebuah kenyataan di RT 8..


Rabu, 22 Januari 2014

Petani Cincau Dicekik Tengkulak


Para petani cincau hitam di desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga merasa dirugikan oleh para tengkulak cincau. Musim panen cincau di Tunjungmuli dimulai pada awal November dan diperkirakan berakhir bulan Maret. 

Panen raya cincau adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh para tengkulak dimana musim panen adalah saat yang tepat untuk mencekik para petani melalui permainan harga dipasaran. 


Petani memanen cincau
Membeli dengan harga yang semurah-murahnya dan kembali dijual dengan laba yang sebesar-besarnya.Penanaman cincau yang tidak diimbangi dengan upaya pemasaran yang baik oleh petani mengakibatkan petani dirugikan secara materil. 

Cincau hitam yang dibeli murah dari petani ditimbun oleh para tengkulak dan akan kembali dijual pada pengepul di luar daerah Purbalingga. 

Menurut Rokhani (54) salah satu petani, saat ini harga cincau mengalami penurunan, semula cincau kering dihargai Rp 15 ribu per kilogram dan saat panen raya seperti sekarang ini hanya Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu per kilogram. 

Harga cincau yang murah tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya sebagai ayah dari 7 orang anak. Bersama dengan menantunya Jahriyanto (26) ia menggarap tanah milik perhutani untuk ditanami cincau. Mereka berharap harga cincau stabil agar para petani cincau di desanya sejahtera. 

"Kami ini bekerja tanpa mengenal lelah, pagi buta kami berangkat kadang pulang sampai jam 5 sore, tapi setelah panen seperti ini hasilnya tidak seperti yang kami harapkan," katanya. 

Tidak adanya kelompok tani di Tunjungmuli mengakibatkan harga mudah dipermainkan oleh tengkulak. Setelah Panen rayapun ia dan Jahriyanto harus memberikan uang seikhlasnya kepada mandor dan mantri perhutani sebagai ucapan terimakasih atas jasa sang mandor dalam menjaga lahan garapan petani. 

"Saya ini hanya petani kecil tanpa lahan milik sendiri jadi sebagai ucapan terimakasih saya memberi sedikit uang hasil panen kepada pak mantri”. Katanya. 


Rokhani (54), salah satu petani memanen
cincau di area hutan pinus, belum lama ini
Meskipun berkali-kali ia merasakan sakitnya dicekik oleh berbagai oknum ia tetap bersyukur baginya uang bisa dicari yang penting adalah ketenangan jiwa dan hati dengan memakan rizki yang halal hasil usahanya sendiri bukan hasil monopoli apalagi pungutan liar. 

Sementara itu, salah satu tengkulak bernama Jaenal Abidin mengatakan, saat ini harga cincau dipasaran anjlok karena ditutupnya ekspor bulan januari untuk sementara waktu. Saat ini ia hanya melayani penjualan cincau untuk produksi didalam negeri yang salah satunya berada di daerah Banjarnegara. Tampaknya pemerintah desa Tunjungmuli kurang peka terhadap potensi di desanya.

Tunjungmuli punya cincau standar ekspor tapi tak diketahui para pemimpinnya, setidaknya jika cincau Tunjungmuli Go International tak ada lagi jalanan rusak, jalanan yang lebih tepat dinamai sungai kekeringan penuh dengan bongkahan batu -batu tajam.

Salam 

Anak Cincau

Bulan Penghabisan

Juli... Bulan penghabisan Waktunya keluar dari zona nyaman Kembali mengembara Mengejar cita Mengolah pikir Memelihara sadar Memanusiakan di...