Senin, 12 Mei 2014

Bukan Republik Sinetron

Televisi bukan lagi barang langka bagi masyarakat desa yang kita semua tahu didalamnya menayangkan berbagai acara yang dapat memberikan hiburan kepada masyarakat Seperti sinetron, berita, komedi, film, kuis, reality show, dan lain-lain. Dari tayangan-tayangan tersebut yang paling banyak ditonton oleh masyarakat desa  adalah sinetron dan berita. Sinetron ditonton pada malam hari dan berita di pagi hari.  Para penggemar sinetron terutama warga masyarakat desa merasa terhibur dan puas dengan sinetron yang ditayangan hampir setiap hari . Sinetron bagi warga desa adalah satu-satunya hiburan yang bisa di akses dengan mudah dan murah. Kebanyakan sinetron yang ditayangkan bertemakan percintaan, rebutan harta, rebutan anak, mertua jahat dan anak durhaka.

Sinetron remaja yang bertemakan percintaan berisi cerita cinta yang terjadi di masa remaja. Namun sungguh disayangkan karena cerita cinta dalam sinetron lebih banyak berisikan perselingkuhan, kebebasan hidup, narkoba, penindasan dan kekerasan remaja. Masalah ini tentunya akan memiliki dampak negatif terhadap perkembangan kehidupan remaja.

Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Jadi sangat mungkin perbuatan-perbuatan tokoh-tokoh dalam sinetron dapat ditiru. Bahkan bagi remaja yang menjadi penggemar berat seorang artis sinetron tertentu bisa saja menirukan gaya hidup dan tingkah laku artis tersebut Jika tingkah laku artis itu baik, maka tidak masalah. Namun akan menjadi masalah jika tokoh-tokoh dalam sinetron tersebut bertindak negatif.

 Pada kenyataannya, sekarang ini banyak remaja desa menirukan gaya hidup seperti dalam sinetron. Seperti model pakaian yang dikenakan dan gaya hidup yang identik dengan kemewahan dan kosumerisme. Bahkan dengan tayangan sinetron yang mengandung unsur kekerasan telah mengubah sikap remaja desa menjadi anarkis. Banyak remaja desa sekarang ini bersikap cuek dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. sering  mendengar anak-anak SD yang sedang berkerumun di halaman sekolah saat jam istirahat tengah asyik masyuk menceritakan seorang tokoh pemain sinetron lengkap dengan adegannya yang ia tonton semalam. Begitu hafalnya mereka terhadap sinetron namun sulit untuk menghafal materi pelajaran. Dampak sinetron juga telah membuat para penyelenggara negara menjadi pintar akting di depan publik melalui politik. Dimana janji-janji di lontarkan,dimana sumpah serapah jabatan di ingkari sendiri.

Setelah sinetron yang tidak mendidik ada juga berita yang sebagian besar berisi  berita kriminal .Pelecehan seksual anak, perampokan, pencurian, gantung diri, korupsi ,politik dll. Lalu manfaat apa yang bisa diperoleh oleh masyarakat desa sebagai penonton ? apa yang bisa diteladani dari berita semacam ini? Sangat jarang dijumpai berita remaja yang berprestasi, kalau sekedar menang olimpiade matematika satu dua kali pernah melihat. Tapi itu tidak menginspirasi karena pada dasarnya kami masyarakat desa  tidak memakai rumus-rumus matematika sehari-harinya. Menanam cincau tidak perlu rumus persamaan kuadrat, deret aritmatika, geometri dkk...berita korupsi yang menjerat para pejabat negara tampak dijadikan teladan oleh pemimpin kita, sebagai contoh di Kabupaten Purbalingga ada kasus penunggakan raskin sebesar 285 juta rupiah yang salah satunya di akibatkan oleh oknum satgas atau perangkat desa dimana uang pembelian raskin dari warga dipakai dahulu untuk keperluan pribadi,baru kemudian disetorkan mendekati batas waktu pelunasan. Ini baru raskin yang terekspose belum yang lainnya....

Republik ini bukan republik sinetron!








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bulan Penghabisan

Juli... Bulan penghabisan Waktunya keluar dari zona nyaman Kembali mengembara Mengejar cita Mengolah pikir Memelihara sadar Memanusiakan di...