Aku biasa
dipanggil meme oleh keluargaku, nama lengkapku Misyatun. Nama yang begitu
singkat dan ndeso bukan? sampai hari
inipun aku tak mengerti apa arti nama Misyatun itu. Tapi aku tak
mempermasalahkan apa arti sebuah nama, aku percaya kedua orangtuaku memberikan
nama terbaik dan didalamnya ada doa dan harapan agar Misyatun tumbuh menjadi
orang yang berguna, berbakti kepada orangtua,guru, agama dan bangsa.
Lahir di sebuah desa terpencil di kecamatan
Karangmoncol Purbalingga pada tahun 1993, dari seorang ibu bernama Sutimah, ibu
sekaligus ayah bagiku. Mengapa? Karena selama ini ibuku yang bekerja mencari
nafkah untuk menghidupi aku dan ayahku...oiya ibuku adalah seorang pekerja serabutan.
Kadang menjadi buruh tani di ladang orang, kadang mencari kayu bakar untuk
dijual, kadang juga berjualan daun pisang
ke penjual tempe. Ibuku tak pernah sekolah itu yang membuatnya buta
huruf. Sampai suatu ketika ibuku mendapat kupon beras Raskin dari kader desa
yang tertukar dengan milik orang lain ia tak tahu, karena tak bisa membaca dan
pada akhirnya gagal membawa pulang Raskin. Ayahku bernama Abdul Latif ayah yang
teramat kusayangi yang sekarang sudah menghadap yang Kuasa karena sakit.
Seingatku ayahku sudah tak bekerja waktu aku masih duduk di bangku kelas 1 SD,
karena sudah tak lagi muda dan tenaganya telah habis termakan usia. Ayahku
lahir pada tahun 1936, sementara Ibuku lahir pada tahun 1955. Aku tak mempunyai
adik maupun kakak kandung, aku hanya mempunyai kakak tiri anak bapak dari pernikahan terdahulu dengan orang
lain.
Hidup di
desa, ditengah keluarga miskin membuatku terbiasa menikmati hidup dengan segala
kekurangan. Tapi aku tak mau menyerah dengan keadaan, aku punya mimpi untuk
merubah taraf hidup keluargaku dengan cara memberantas kebodohan dan merubah
pola pikir maka atas nama keluarga, atas nama bapak ibu, aku akan bersekolah
setinggi-tingginya. Dengan cara sekolah yang setinggi-tingginya setidaknya aku
tidak menjadi seorang buruh tani seperti ibuku.
Aku
bersekolah di MI MAARIF NU 02 TUNJUNGMULI, sebuah sekolah setingkat SD. Disana
aku belajar dengan semangat, hingga aku selalu mendapat peringkat tiga
besar.Hampir tiap semester aku peringkat 2 dan 3 terus menerus. Lulus SD
alhamdulillah peringkat satu. Selama 6 tahun aku hanya sekali membayar SPP.
Mengapa? Karena keluargaku tak mampu membayar, hingga suatu hari pada tahun
2005 menjelang ujian akhir sekolah aku hampir putus sekolah karena malu tak
mampu membayar ujian yang saat itu Rp 90.000. Berkat kepala sekolah bernama pak
Herudin aku tak jadi putus sekolah, aku dibebaskan dari bayaran ujian. aku
lulus SD...
Setelah
Lulus SD aku tak mampu melanjutkan ke SMP karena faktor biaya. Saat itu belum
ada beasiswa BOS seperti sekarang ini. Maka dari itu aku memutuskan untuk
mengadu nasib di jakarta Saat itu usiaku sekitar 12 tahun, aku menjadi seorang
pembantu rumah tangga. Lewat yayasan penyalur pembantu rumah tangga di daerah
Mangga besar Jakarta Pusat aku mulai bekerja kerumah-rumah tuan dan nyonya di Jakarta.
Aku yang saat itu masih kecil tidak betah lama-lama kerja di satu rumah hingga
aku sering berpindah-pindah majikan di Jakarta. Dimulai dari cempaka putih,
jembatan lima, sunter, Prapanca, kelapa gading dan Apartemen OASIS aku memulai
hidup mandiri. Mimpi untuk melanjutkan sekolah masih ada dalam hati, dengan
sangat hemat aku mencoba menyisihkan uang hasil kerjaku yang saat itu Rp
250.000 untuk melanjutkan sekolah. Hidup sebagai pembantu rumah tangga sering
dimarahi, dibentak dan dicaci majikan membuatku semakin sadar bahwa Jakarta
bukan tempat yang cocok untuk merantau. Meski tidak semua majikan begitu tapi
apesnya saat itu majikanku pemarah. Setelah dari jakarta aku pindah kerja ke Bandung
pada tahun 2006. Alhamdulillah aku mempunyai majikan yang baik, penyayang, aku
sangat menikmati pekerjaanku sebagai pengasuh anak usia 2 tahun. Lalu majikanku
yang asli bandung itu pindah ke papua di PT Freeport Indonesia, akupun sempat
bekerja disana beberapa bulan. Hingga mimpi yang terpendam untuk kembali bersekolah
itu muncul kembali. Aku memutuskan untuk
pulang ke jawa dan sekolah lagi.
Aku mendaftar di SMP 4 satu atap Karangmoncol
pada tahun 2008 dan lulus tahun 2011. Sebuah sekolah terpencil di pedalaman
kecamatan karangmoncol. Dari sinilah aku tak takut untuk bermimpi dan memulai
membangun segala mimpi tinggiku. Untuk mencapai sekolah aku harus berjalan kaki
sejauh 4 Km, menuruni medan berkelok diantara sawah-sawah. Disana aku mempunyai guru bernama pak Aris
Prasetyo, beliau adalah guru yang menginspirasi, cerdas, dan mengabdi setulus
hati mengajar anak-anak desa. Hingga beliau mendirikan ekstrakurikuler film di
SMPku, saat itu aku mendaftar menjadi anggotanya, hingga pada tahun 2009
lahirlah film pendek pertama kami yang berjudul “ baju buat kakek”. Aku semakin
semangat bersekolah. Selama SMP aku mendapat beasiswa Retrival BOS hingga lulus
aku tak membayar SPP. Nilai nilaikupun bagus aku 2 kali mendapat peringkat 2, 2
kali mendapat peringkat 1 dan 2 kali mendapat peringkat 3. Aku semangat
bersekolah karena aku tak mau lagi menjadi pembantu rumah tangga kelak.
Uang
hasil kerjaku dan sumbangan dari majikanku di Papua Ibu Nancy Sofyan aku pakai untuk melanjutkan ke SMKN 1 Purbalingga, hingga
akhirnya aku memutuskan pindah sekolah ke SMK Rembang Purbalingga karena saat
itu kondisi ayahku kritis,aku ingin menemani saat-saat terakhir ayahku. Oiya SMKN 1 Rembang berada di kecamatan rembang,
letaknya sekitar 12 Km dari tempatku tinggal. Setiap pagi aku harus berjalan
kaki sejauh 4 km menuju bali desa tempat angkutan umum ngetem. Aku menumpang
angkutan umum menuju sekolah sebanyak 2 kali. Tidak sedikit uang yang harus
kukeluarkan untuk membayar angkutan umum yaitu Rp 8000 rupiah untuk bayar
angkot pulang pergi. Sebagai anak buruh tani uang 8000 sangat sulit di dapat.
Kadang kalau uangku tak sampai 8000 aku tetap berangkat, aku suka mencegat pak
guru yang lewat naik motor untuk memboncengkanku ke sekolah. Akupun sering
jalan kaki separuh perjalanan untuk menghemat uang saku. di SMKpun aku menjadi
aktivis. Hingga pada tahun 2013 aku mendapat amanat menjadi ketua osis.
Nilai-nilai akademis masih berada pada posisi 3 besar persis seperti SMP.
Kadang peringkat 2 kadang 3. Aku yang saat itu sudah belajar membuat film
pendek ingin kembali berkarya di SMK, aku mendirikan komunitas bernama pedati
Film dengan menunjuk Cinema Lovers Community Purbalingga sebagai Fasilitator produksi dan distribusi film-film kami, serta dukungan dari masyarakat setempat, sahabat, teman dan saudara-saudara tercinta kami berhasil membuat 4 judul film pendek dan berhasil menjuarai berbagai kompetisi
film pendek. Kini aku sudah lulus dan ingin melanjutkan belajar ke perguruan
tinggi , lewat ujian SBMPTN 2014 aku berharap bisa masuk universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Yah berkat doa dari orangtua, teman-teman semuanya aku
mendapat beasiswa dari EKA TJIPTA Foundation lewat acara Kick Andy Metro Tv .
Cita-cita terbaruku adalah menjadi guru di pedalaman Indonesia Timur tapi aku juga
ingin mengembangkan minat dan kreatifitas
di dunia Film. Serta yang paling penting adalah menjadi contoh di
lingkungan masyarakat desa Tunjungmuli bahwa sekolah itu penting untuk masa
depan yang lebih baik...Jangan pernah takut untuk bermimpi karena mimpi adalah
penyemangat diri.
Jangan
pernah menyerah!!!